Pada suatu hari, seekor anak sapi ingin menyeberangi hutan perawan untuk kembali ke padang rumput. Sebagai seekor binatang yang irasional, ia membuat jalur keluar hutan dengan jalan yang berliku-liku penuh tikungan, naik, dan turun bukit.
Keesokan harinya, seekor anjing tiba dan menggunakan jalan yang sama untuk menyeberangi hutan. Berikutnya giliran domba yang setelah menemukan jalur itu, mengajak kawanan dombanya melalui jalur itu.
Kemudian, banyak manusia juga yang mulai menggunakan jalur itu. Meski mereka mengeluh karena harus berjalan membungkuk, melalui banyak hambatan, mengeluh, dan menggerutu, tapi mereka terus berjalan melaluinya. Mereka tidak membuat jalan alternatif yang berbeda.
Setelah sering digunakan, akhirnya jalur itu menjadi jalan yang terus dilalui oleh banyak makhluk yang ingin menyeberangi hutan.
Keesokan harinya, seekor anjing tiba dan menggunakan jalan yang sama untuk menyeberangi hutan. Berikutnya giliran domba yang setelah menemukan jalur itu, mengajak kawanan dombanya melalui jalur itu.
Kemudian, banyak manusia juga yang mulai menggunakan jalur itu. Meski mereka mengeluh karena harus berjalan membungkuk, melalui banyak hambatan, mengeluh, dan menggerutu, tapi mereka terus berjalan melaluinya. Mereka tidak membuat jalan alternatif yang berbeda.
Setelah sering digunakan, akhirnya jalur itu menjadi jalan yang terus dilalui oleh banyak makhluk yang ingin menyeberangi hutan.
Bertahun-tahun berlalu dan jejak itu kemudian menjadi jalan utama desa, lalu menjadi jalan utama menuju kota. Semua orang mengeluh tentang lalu lintas di jalan itu, karena rute yang dibutuhkan adalah yang terburuk. Sementara itu, hutan yang semakin tua dan bijaksana itu tertawa, saat melihat bagaimana orang cenderung mengikuti jalan yang sudah siap, tanpa pernah bertanya apakah itu benar-benar adalah pilihan yang terbaik.
Sumber : intisari-online.com
0 Komentar :
Posting Komentar